MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK TUHAN
Dalam perspektif Agama Kristen, manusia dipahami sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Manusia tidak berada dari dirinya sendiri, melainkan ada karena diciptakan oleh Sang Pencipta. Narasi penciptaan manusia tersebut terdapat dalam Kitab Kejadian yang menceritakan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Allah pada urutan terakhir dalam rangkaian penciptaan alam semesta beserta dengan segala isinya. Penuturan Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Allah menciptakan alam semesta dari ketiadaan. Konsep penciptaan dari ketiadaan ini disebut sebagai creatio ex nihillo. Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari. Mulai dari terang (hari pertama), cakrawala (hari kedua), daratan dan lautan, serta tumbuh-tumbuhan (hari ketiga), benda-benda penerang(hari keempat), makhluk-makhluk di air dan di udara (hari kelima) serta segala binatang melata, ternak, dan binatang liar, dan akhirnya manusia (hari keenam). Harus ditegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai bagian dalam penciptaan alam semesta dan isinya. Namun demikian, penciptaan manusia (Adam) berbeda dengan cara penciptaan ciptaan-ciptaan yang lain. Dalam Alkitab disebutkan bahwa Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya. Manusia diciptakan oleh Tuhan Allah dengan menggabungkan dua elemen utama, yakni elemen pertama berasal dari nafas Tuhan Allah dan elemen kedua berasal dari debu tanah yan telah tersedia atas penciptaan sebelumnya. Salah satu elemen yang membentuk manusia berasal dari nafas Tuhan Allah disebut sebagai gambar dan rupa Allah ( imago dei dan similitudo dei). Istilah gambar dan rupa Allah juga menunjukkan hubungan antara manusia dengan penciptaNya, yaitu bahwa ada kesamaan antara Allah dan manusia, yaitu kesamaan ilahi. Relasi tersebut dicakup dalam konsep kesetiaan, yakni bahwa manusia tetap dalam hubungan kesetiaan dengan Tuhan Allah sang penciptaNya. Elemen kedua yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam keberadaan manusia berasal dari tanah, yang melambangkan walaupun manusia mempunyai elemen nafas yang berasal dari Tuhan Allah, namun tetaplah manusia sebagai makhluk yang rentan dan penuh dengan keterbatasan. Kerentanan dan keterbatasan ini mengandung potensi yang sangat beragam yang salah satunya adalah potensi untuk membuat pilihan untuk tidak setia dalam relasi kesetiaan yang telah dibangun oleh Tuhan Allah. Di sinilah timbulnya situasi yang berkaitan erat dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa. Mengingat manusia baik laki-laki dan perempuan adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Allah, maka manusia tidak pernah menjadi Tuhan dari antara mereka sendiri.