This essay has been submitted by a student. This is not an example of the work written by professional essay writers.
Uncategorized

PENYESUAIAN DIRI KEMBALI

Pssst… we can write an original essay just for you.

Any subject. Any type of essay. We’ll even meet a 3-hour deadline.

GET YOUR PRICE

writers online

PENYESUAIAN DIRI KEMBALI

Permasalahan pekerja migran perempuan di luar negeri sangat kompleks dan melibatkan berbagai pihak. Permasalahan tersebut setidaknya dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu a) sebelum berangkat ke luar negeri (izin, pelatihan, percaloan), b) ketika bekerja di luar negeri (upah, kondisi bekerja, kekerasan), c) ketika mereka kembali ke Indonesia (percaloan, pemerasan, 818 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 5, Juli 2018, hlm 817-832 keselamatan), dan d) permasalahan adaptasi kembali setelah mereka kembali ke daerah asal. Fokus dari kajian akademis maupun sosial selama ini sebagian besar berada pada ranah (domain) sebelum pemberangkatan pekerja migran perempuan dan permasalahan yang muncul ketika mereka bekerja di luar negeri. Permasalahan penting yang belum banyak dikaji adalah permasalahan transisi budaya yang harus dihadapi setelah mereka kembali ke daerah asal. Berdasarkan data dari BPN2TKI (BPN2TKI, 2014) jumlah TKI yang pulang ke Indonesia cukup fluktuatif dari tahun ke tahun. Data dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan bahwa selama sembilan tahun angka rata-rata kepulangan TKI berkisar 395.535 orang. Sebagian besar dari TKI yang berangkat ke luar negeri bekerja sebagai pekerja di sektor domestik (rumah tangga) di mana sebagian besar yang bekerja di sektor domestik adalah perempuan. Ketika para pekerja migran perempuan pergi bekerja ke luar negeri, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru, mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan gegar budaya, dan menjalankan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka. Perjuangan dan kesulitan yang hampir sama juga harus mereka hadapi ketika mereka pulang ke daerah mereka masing-masing. Pengalaman mereka di luar negeri sedikit banyak telah merubah kepribadian, selera individu, hubungan personal, berbagai dukungan keluarga, dan perubahan di dalam masyarakat yang terjadi ketika mereka berada di luar negeri (Niesen, 2010). Bourdieu (dalam Ashall, 2004) berargumen bahwa strategi maskulinitas laki-laki membuat perempuan teralienasi dalam ‘permainan’ laki-laki. Beberapa permasalahan personal, seperti renggangnya hubungan keluarga, hamil/ memiliki anak bukan dari suami sah, dan perubahan gaya hidup, menjadi faktor yang mempersulit proses transisi budaya. Selain itu, faktor sosial dan budaya dari daerah asal juga turut berpengaruh terhadap proses adaptasi kembali yang harus dilalui oleh pekerja migran perempuan. Komunikasi merupakan kebutuhan substansial bagi para pekerja migran perempuan ketika mengalami transisi saat kembali ke daerah asal. Kompetensi komunikasi antarbudaya merupakan kebutuhan personal bagi pekerja migran untuk bisa melakukan adaptasi budaya ketika mereka kembali ke daerah asal. Gegar budaya yang dialami ketika kembali dari luar negeri membutuhkan pemenuhan kebutuhan komunikasi dasar terutama terkait dengan perhatian dan pembinaan hubungan. Strategi komunikasi yang tepat akan lebih mempermudah mereka menghadapi berbagai kendala yang muncul baik itu pada tataran antarpribadi (interpersonal), keluarga, dan lingkungan sosial. Studi tentang adaptasi penyesuaian diri kembali pekerja migran perempuan yang mengalami gegar budaya terbalik merupakan kajian adaptasi budaya (cultural adaptation) yang secara konseptual dapat dipahami sebagai proses penyesuaian diri jangka panjang yang pada akhirnya menciptakan perasaan nyaman dalam suatu Turnomo Rahardjo et al. Komunikasi “Penyesuaian Diri… 819 lingkungan yang baru (Kim dalam Martin & Nakayama, 2010: 320). Bagaimana seseorang beradaptasi dalam beberapa hal tergantung pada lingkungan “tuan rumah” (the host environment). Dalam arti, apakah budaya “tuan rumah” bisa menerima individu yang melakukan penyesuaian diri atau sebaliknya justru tidak ramah (hostile). Studi Ranggi Larissa Izzati (2012) tentang Memahami Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Pada TKI Legal dan TKI Ilegal memberikan penjelasan bahwa hampir semua TKI mengalami kecemasan (anxiety) dan ketidakpastian (uncertainty) ketika baru pertama kali datang ke Arab Saudi. Penelitian yang dilakukan oleh Ranggi Larissa Izzati (2012) menunjukkan strategi komunikasi penyesuaian diri di tempat kerja yang dilakukan oleh TKI, namun penelitian tersebut belum mengkaji bahwa kendala penyesuaian diri juga akan muncul ketika TKI pulang ke Indonesia. Sedangkan kajian yang dilakukan oleh Gulei (2014) mengkaji kesulitan yang dihadapi oleh kaum migran ketika kembali ke daerah asal dan mengkaji pentingnya dukungan sosial untuk membantu penyesuaian diri. Penelitian ini menunjukkan bagaimana proses adaptasi kembali ini dipengaruhi oleh nilai dan citra (image) sosial yang pada gilirannya memengaruhi dukungan sosial bagi proses penyesuaian diri kembali.Kajian mengenai penyesuaian diri kembali TKI diperlukan untuk bisa memberikan gambaran mengenai hambatan dan strategi komunikasi adaptasi kembali TKI ketika kembali ke daerah asal. Selanjutnya, dalam konteks adaptasi kembali, penelitian ini menggunakan acuan studi yang dilakukan Ward (dalam Martin & Nakayama, 2010: 320) untuk menjelaskan faktor-faktor penting di dalam proses adaptasi kembali. Ward menyatakan bahwa banyak karakteristik individual yang meliputi umur, jender, tingkat kesiapan (level of preparation), dan harapan (expectations) yang dapat memengaruhi bagaimana migran melakukan adaptasi budaya. Penelitian ini menunjukkan perlu pemahaman komprehensif faktor-faktor demografis dan budaya yang memiliki kontribusi terhadap proses adaptasi kembali. Penelitian yang dilakukan oleh Callahan (2010), pada sisi yang lain, merupakan penelitian yang menguji proses kulturalisasi kembali seperti yang diidentifikasi di dalam Teori Adaptasi. Konteks yang digunakan oleh Callahan adalah proses seseorang untuk memasuki kembali ke dalam budaya yang pernah ditinggalkan. Menurut Callahan (2010), jika deskripsi teori kulturalisasi kembali akurat, maka mereka yang telah beradaptasi di dalam budaya lain akan mengalami permasalahan untuk belajar kembali ketika kembali ke budaya asal. Subyek penelitian Callahan adalah misionaris gereja yang telah menghabiskan waktu selama 18 bulan sampai dua tahun tinggal menetap di dalam masyarakat yang memiliki budaya berbeda. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan pertanyaan terbuka, respon dari subyek penelitian diberi kode, dan dibandingkan secara statistik. Hasil penelitian tidak mendukung teori kulturalisasi kembali dan memberikan penjelasan dengan argumen sedimentasi fungsi budaya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi 820 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 5, Juli 2018, hlm 817-832 proses kulturalisasi kembali yang signifikan pada para migran luar negeri yang kembali lagi ke daerah sosial. Hasil tersebut bisa menjadi masukan untuk mempertimbangkan berbagai konteks pada level individu, keluarga, dan sosial untuk membantu proses komunikasi yang dilalui oleh buruh migran perempuan. Penelitan mengenai proses komunikasi adaptasi kembali dari buruh migran prempuan perlu dilakukan dengan pertimbangan profil kependudukan Jawa Tengah yang menunjukkan meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja di sektor informal dimana mereka harus melakukan migrasi untuk kepentingan pekerjaan mereka (Pradekso, 2000). Migrasi ke daerah lain membuat para perempuan pekerja tersebut harus melakukan kegiatan komunikasi antar budya. Hasil penelitian dari Rahardjo (2005) bahwa mindfulness sangat berperan di dalam kegiatan komunikasi budaya. Proses adaptasi budaya bagi mereka yang berada pada kelompok marjinal seperti buruh perempuan perlu dipahami dan dijelaskan, sehingga bisa terbentuk model komunikasi adaptasi yang bisa membantu mereka untuk melewati tahap-tahap penyesuaian diri yang rentan konflik. Banyak teori menerangkan bagaimana orang beradaptasi dengan lingkungan budaya yang baru. Pola adaptasi akan berubah tergantung pada situasi dan migran, namun ada beberapa kesamaan. Teori yang paling umum adalah U-curve theory of adaptation. Gagasan utama dari teori ini adalah bahwa migran akan menjalani fase-fase yang dapat diprediksi dalam beradaptasi dengan situasi budaya yang baru. Pengalaman pertama adalah ketertarikan (excitement) dan antisipasi, diikuti oleh periode gegar (shock) dan disorientasi (bagian bawah dari Kurva U), kemudian secara bertahap beradaptasi dengan konteks budaya baru. Secara lebih operasional, Model Kurva U menerangkan empat fase adaptasi antarbudaya, yaitu 1) euphoria, ketertarikan positif tentang sebuah lingkungan yang baru; 2) culture shock yang disebabkan oleh pengalaman yang mengherankan biasanya negatif dalam lingkungan yang baru; 3) acculturation, proses adaptasi lingkungan yang baru; dan akhirnya 4) stable state dicapai bila proses akulturasi berjalan dengan baik (Szkudlarek, 2009). Kerangka kerja ini bersifat simplisitik dan tidak merepresentasikan pengalaman setiap migran, namun sebagian besar migran mengalami fase-fase tersebut pada satu waktu atau lain waktu. Ketika migran kembali ke konteks budaya aslinya, proses adaptasi yang sama akan berlangsung atau reentry seperti yang digambarkan dalam Model Kurva W (Gallahorn & Gullahorn dalam Martin & Nakayama, 2010: 331). Kadang-kadang adaptasi ini lebih sulit, karena terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Kita berpikir bahwa kembali ke rumah seharusnya mudah. Namun kenyataannya menjadi sebaliknya. Teoritisi merujuk proses ini sebagai Teori Kurva W tentang adaptasi, karena migran mendapatkan pengalaman Kurva U yang lain, yaitu antisipasi terhadap proses kembali ke rumah, mengalami gegar budaya, dan kemudian beradaptasi secara perlahan. Istilah lain untuk proses adaptasi kembali untuk menuju budaya aslinya adalah Turnomo Rahardjo et al. Komunikasi “Penyesuaian Diri… 821 reverse culture shock, reentry shock, dan repatriation. Menurut Grushina (dalam Niesen, 2010) dari berbagai teori dan metode yang digunakan pada kajian mengenai adaptasi, terdapat satu tema sentral yang muncul secara jelas dimana semua individu yang melalui transisi budaya (seperti memasuki suatu budaya/negara baru untuk pertama kali, kembali ke daerah asal, atau berpindah tempat tinggal secara berkala) mengalami berbagai hambatan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Mengetahui dan mengidentifikasi berbagai hambatan dan menemukan pola dari cara mengatasi hambatan tersebut adalah kunci untuk bisa membuat model yang bisa digunakan untuk meningkatkan keberhasilan proses adaptasi kembali. Metode Penelitian Studi tentang adaptasi penyesuaian diri kembali pekerja migran perempuan yang mengalami gegar budaya terbalik merupakan kajian komunikasi antarbudaya dan jender yang menggunakan paradigma interpretif sebagai pijakan filosofis. Studi ini merupakan rangkaian dari berbagai studi sebelumnya sebagaimana digambarkan dalam roadmap di bawah ini (Gambar 1.). Penelitian ini bersifat deskriptif untuk memberikan gambaran tentang pengalaman pekerja migran perempuan ketika mereka melakukan adaptasi kembali ke dalam budaya asli mereka. Subjek dari penelitian ini adalah pekerja migran perempuan atau migran perempuan yang bekerja di suatu wilayah yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan budaya mereka. Secara khusus, penelitian ini memfokuskan pada migran perempuan yang berasal dari dua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kendal. Pemilihan wilayah berkaitan dengan besaran jumlah buruh migran dan banyaknya kasus. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan subyek penelitian, sedangkan data sekunder didapat dari kajian pustaka yang relevan dengan studi yang dilaksanakan. Wawancara mendalam diarahkan untuk

  Remember! This is just a sample.

Save time and get your custom paper from our expert writers

 Get started in just 3 minutes
 Sit back relax and leave the writing to us
 Sources and citations are provided
 100% Plagiarism free
error: Content is protected !!
×
Hi, my name is Jenn 👋

In case you can’t find a sample example, our professional writers are ready to help you with writing your own paper. All you need to do is fill out a short form and submit an order

Check Out the Form
Need Help?
Dont be shy to ask